Sunday, August 25, 2013

Review Harry Potter dan Relikui Kematian

Petualangan terakhir Harry Potter ini paling membahayakan dan menegangkan. Di bab-bab awal saja Harry harus dihadapkan pada kematian Hedwig, burung hantu yang telah menemani Harry selama enam tahun ini.


Harry, Ron dan Hermione mendapat warisan dari Dumbledore. Harry mendapatkan Pedang Gryffindor dan Snitch pertama yang ditangkap olehnya. Ron mendapatkan Deluminator milik dan buatan tangan Dumbledore. Hermione mendapatkan buku Tales of Beedle Bard dalam bahasa Rune kuno yang asli. Pedang Gryffindor tidak dapat diterima Harry begitu saja karena pedang tersebut harus didapatkan dengan keberanian sejati.

Harry yang telah diberi tugas mencari Horcrux oleh Dumbledore, pergi meninggalkan Hogwarts bersama Ron dan Hermione. Pencarian Horcrux menyingkirkan dendam antara Kreacher si peri rumah dan tuan rumahnya, Harry. Teka-teki dalam pencarian Horcrux tidak hanya ditujukan pada Harry dan dua sahabatnya ini. Secara tidak langsung pembaca diharuskan menebak-nebak apa maksud dari semua kejadian yang Harry alami. Menebak-nebak tujuan Dumbledore memberikan barang warisan tersebut. Semua itu akan terurai perlahan, khas Rowling. :)

Selain teka-teki pencarian Horcrux, kepercayaan Harry terhadap Dumbledore juga harus diuji melalui berita-berita miring akibat tulisan Rita Skeeter. Sebuah buku biografi Albus Dumbledore yang diberi judul Kehidupan dan Kebohongan Albus Dumbledore. Saya sebagai pembaca juga sempat dilema dalam memercayai Dumbledore. Hohoho...

Belum lagi pencarian terhadap benda yang tidak dipercaya Hermione ada di dunia ini, tapi menurut perasaan Harry jelas ada, Deathly Hallows. Dalam buku ini Harry seperti memiliki perasaan kuat tertentu yang sebenarnya membantu perjalanan mereka dalam menemukan jawaban dari teka-teki yang ditinggalkan oleh Dumbledore.

Bisa dibilang perjalanan mereka di buku ini merupakan perjalanan maut, berkali-kali mereka nyaris tak bernyawa. Kematian juga banyak menghantui mereka. Yang paling membuat saya sedih dan hampir menangis adalah kematian Dobby. #hukz... Kematian Fred juga terasa menyedihkan, tapi tidak ada waktu bagi Harry untuk meratapinya.

Eksekusi penyelesaian dari Rowling melalui akar memori Snape yang terakhir, yang memghapus semua kebencian saya pada Snape dan menggantinya dengan kekaguman. Momen ketika Harry menjemput kematian, saat Harry memanggil orang-orang terdekatnya, merupakan momen terbaik menurut saya. Entah kenapa saat saya membaca adegan itu, saya merasa damai meskipun saya menahan napas.

Saya sedikit salut pada Narcissa Malfoy yang mampu berbohong pada Lord Voldemort demi mengetahui keadaan anaknya, Draco. Dan saya kagum pemikiran Rowling yang sangat brilian, mampu mengatur tongkat sihir Elder menjadi sah milik Harry, sehingga Voldemort tidak dapat menggunakannya. Keren!

Nah, saya tidak mau dan tidak bisa berpanjang-panjang dalam review ini. Sepuluh menit menjelang deadline. Publish. :) Selamat tinggal Event Hotter Potter. #ambiltissue

No comments:

Post a Comment