Friday, July 05, 2013

Review Harry Potter dan Pangeran Berdarah Campuran


Judul: Harry Potter dan Pangeran Berdarah Campuran
Penulis: J.K. Rowling
Alih bahasa: Listiana Srisanti
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
816 hlm.; 20 cm










Dulu buku Harry Potter dan Pangeran Berdarah Campuran ini jadi buku Harry Potter favorit saya, tapi setelah membaca ulang tidak lagi. Hahaha... Mungkin dulu saya merasa buku inilah yang pertama kali mengungkapkan cara untuk membinasakan Voldemort dan walaupun memang benar begitu, setelah saya baca ulang buku ini terasa lebih dominan cecintaan dibanding ketegangannya, saya yang cenderung tidak menyukai cerita cecintaan jadi agak ilfeel untuk menjadikannya buku Harry Potter favorit. Hehehe...

Di awal bab, karakter Harry terasa separuh remaja separuh dewasa. Harry terlihat sedikit kekanakan saat tidak memercayai janji Dumbledore untuk menjemputnya, namun tetap terlihat sedikit dewasa dari pemikiran-pemikiran Harry tentang kematian Sirius dan ramalan yang didengarnya di akhir tahun ajaran lalu. Dan karakter Harry terasa semakin dewasa seiring kebersamaannya dengan Dumbledore.

Dalam buku ini banyak mengungkap masa lalu Voldemort yang memang sudah jahat dari sononya. Ambisi-ambisi Voldemort untuk hidup abadi, pembunuhan-pembunuhan yang ditimpakan pada orang lain. Hmm... Menurut saya perjalanan-perjalanan melalui pensieve di sini lebih suram daripada pertarungan yang ada di akhir bab, meskipun dengan kematian orang terhebat di dunia sihir.

Harry menjadi kapten Quidditch dan bisa mandi di kamar mandi Prefek yang pernah diceritakan di buku Harry Potter dan Kamar Rahasia. Di sini saya tidak melihat perlunya kamar mandi Prefek disebutkan, karena toh dalam keseluruhan buku Harry Potter tidak pernah ada bahasan kapan para tokohnya mandi atau di mana kamar mandi untuk para murid yang bukan Prefek dan kapten Quidditch. Apa sempat para Prefek dan kapten Quidditch untuk menikmati mandi mewah dalam kamar mandi Prefek? #mulaikepo

Saya agak malas bahas cecintaannya. Rowling memasangkan Ron dengan Hermione dan Harry dengan Ginny, yang memang sudah bisa ditebak sejak awal. Pasangan lain yang tidak tertebak adalah Bill dan Fleur, tapi tidak menarik. Yang lebih menarik adalah pasangan Lupin dan Tonks, tapi tidak terasa terlalu penting.

Di sini saya mulai nge-fans sama Pangeran Berdarah Campuran, tapi ketika tahu ternyata dia adalah Snape yang telah membunuh Dumbledore, saya tidak tahu harus nge-fans atau tidak sama dia. Sampai keputusannya adalah tetap nge-fans setelah baca buku ke7-nya.

Saya rasa suasana paling mewah adalah pemakaman Dumbledore di buku ini. Banyaknya penyihir yang berkabung, para Duyung yang melagukan kesedihan, para Centaur yang menembakkan panah penghormatan terakhir dan nyanyian Fawkes yang digambarkan menyedot kesedihan. Ini bagian favorit saya dalam buku ini. Hohoho...

No comments:

Post a Comment