Monday, June 03, 2013

Review Harry Potter dan Orde Phoenix


Judul: Harry Potter dan Orde Phoenix
Penulis: J.K. Rowling
Alih bahasa: Listiana Srisanti
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
1200 hlm.; 20 cm











Harry Potter dan Orde Phoenix ini menjadi buku dengan tebal lebih dari seribu halaman pertama yang saya baca. Hehehe... Maklum, meskipun sekarang jadi pecandu buku, dulu saya tidak banyak baca novel. Saya masih ingat ketika pertama kali membaca buku ini selama tiga hari, nyaris tanpa tidur di hari terakhir. Hahaha... Sementara kakak-kakak saya yang membuat saya menjadi penggemar berat Harry Potter mulai berhenti membaca Harry Potter di buku ketiga atau keempat, saya tetap dengan semangat penuh membaca Harry Potter sampai akhir. Hanya saya dan salah satu kakak saya saja yang bertahan membaca Harry Potter sampai akhir dari antara lima bersaudara, dan hanya saya saja yang berminat membaca ulang. #terusbanggagitu? :D

Tahun ini saya membaca buku ini dua kali, pertama saat bulan pertama even Hotter Potter ini dimulai, saya membaca ebooknya. Saat itu saya hampir menangis karena kematian Sirius padahal saat pertama saya membacanya, saya hanya merasa hampa saja loh. Sejak dulu Sirius menjadi karakter favorit saya, bahkan sampai bulan Januari kemarin itu, tapi setelah berurutan membaca Harry Potter, saya tidak lagi merasa Sirius istimewa. Mungkin karena kemunculannya yang sangat minim di buku keempat, lebih banyak surat-menyurat dan wajah Sirius di perapian. Di buku kelima ini saya merasa Sirius adalah orang yang sembrono dan kurang dewasa sebagai ayah baptis Harry. Walau saya tidak mengharapkan Sirius bersikap protektif seperti Mrs. Weasley, tapi semestinya Sirius bisa lebih bijak saat menghadapi Snape yang akan mengajarkan Occlumency pada Harry supaya Harry tahu betapa pentingnya pelajaran Occlumency itu baginya.

Perasaan saya terhadap buku ini sepertinya tercabik antara suka dan tidak terlalu suka. Kehadiran Luna Lovegood yang sampai saat ini menjadi tokoh favorit saya membuat buku ini terasa lebih segar dan menyenangkan.  Tapi kehadiran Umbridge, tokoh yang bagi saya paling menyebalkan dalam seri Harry Potter membuat buku ini terasa menyebalkan juga. Tapi bagaimanapun juga buku Harry Potter tetap favorit saya sih.

Karakter Harry yang tiba-tiba jadi pemarah terasa wajar di sini. Yah, siapa yang tidak jadi pemarah kalau melihat kematian Cedric dan kebangkitan Lord Voldemort, tapi tidak ada berita ataupaling tidakperingatan untuk waspada sama sekali. Harry malah diperlakukan seperti anak nakal, tidak boleh pergi dari Privet Drive meskipun ada dua Dementor yang menyerang dirinya dan sepupunya, Dudley, membuat Harry nyaris dikeluarkan dari Hogwarts karena menggunakan mantra Patronus untuk mengusir Dementor.

Sebelum Harry disidang tentang penggunaan mantra Patronus, Harry sudah disidang oleh keluarga Dursley karena Harry dianggap telah membuat Dudley menjadi pucat, kedinginan, ketakutan dan merasa tidak akan bahagia lagi. Dudley yang tidak bisa melihat Dementor karena dia seorang Muggle, tentu saja menuduh Harry sebagai pelakunya. Lucunya, Paman Vernon selalu salah menyebut Dementor, dan sangat mengherankan Bibi Petunia bisa mengetahui tentang Dementor dan mendapat Howler misterius yang ternyata dari Dumbledore. Alasan mengapa bibi Petunia bisa mengetahui tentang Dementor dan bisa mendapat Howler tidak lantas diberitahukan semua dalam buku ini, seperti biasanya Rowling menyimpan untuk diberitahukan ke pembaca pada saat yang tepat.

Di tahun ini Harry menjalin asmara bersama cinta pertamanya, Cho Chang. Dan lebih menyenangkan bagi saya pada akhirnya kisah cinta Harry dan Cho Chang berakhir. Hahaha... #ketawasetan. Saya nggak suka Cho Chang yang sangat cengeng dan mendekati Harry karena ingin tahu tentang kematian Cedric, menurut saya Cho Chang termasuk tipe perempuan yang memanfaatkan rasa suka seseorang untuk mendapatkan yang dia inginkan. Wekz... menyebalkan.

Harry melihat dirinya sebagai ular menyerang Mr. Weasley melalui mimpinya, dan ternyata memang Mr. Weasley diserang ular. Perasaan Harry menjadi lebih gado-gado. Harry takut bila dia tidur dan bermimpi dia akan melukai rang lain lagi, dia berusaha menutupi perasaan takut dirinya lebih mirip seperti Voldemort dibanding ayahnya dari teman-temannya. Padahal perasaan takut melukai orang lain tersebut itulah perbedaan terbesar antara Harry dan Voldemor, tapi Harry yang baru berusia lima belas tahun tentu sulit menyadari hal serumit ini.

Guru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam yang baru, Profesor Dolores Umbridge, tidak mau mengajarkan mantra-mantra yang kemungkinan besar akan keluar dalam ujian OWL (Ordinary Wizarding Level-Level Sihir Umum), ujian yang menentukan pekerjaan setelah para penyihir lulus sekolah. Mengatasnamakan Kementerian Sihir, Umbridge membuat banyak dekrit yang menyulitkan para guru yang ingin membantu murid-muridnya. Berbagai dekrit tidak masuk akal, dari pelarangan kelompok siswa termasuk Quidditch sampai pelarangan majalah The Quibbler yang memuat wawancara eksklusif Harry tentang kebangkitan Voldemort. Itu semua mengubah Hermione yang berkata ingin memberontak, memberi Hermione ide untuk membentuk Laskar Dumbledore, pertemuan siswa yang ingin mempelajari praktek Pertahanan terhadap Ilmu Hitam.

Buku ini memang agak bikin stress sih. Terlalu banyak misteri yang disembunyikan dari Harry, yang tentu saja membuat pembaca juga ikutan bingung mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa Harry tidak dijadikan Prefek, Hagrid yang menghilang secara misterius di awal tahun ajaran, Dumbledore yang tidak mau menatap mata Harry, pelajaran Occlumency yangHarry tidak diberitahu betapa pentingnya bagi Harrysangat melelahkan. Belum lagi sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh kebanyakan murid Hogwarts, Snape yang terus-menerus memberi Harry nilai nol dalam pelajaran ramuan, detensi Umbridge yang kejam, dan PR yang menumpuk untuk mempersiapkan ujian OWL. Kalau jadi Harry pasti saya sudah gila betulan. :D

Sebagai penyembuh rasa stress, di buku ini Rowling memperkenalkan Luna Lovegood dan Thestral, yang keduanya saya favoritkan. Luna Lovegood sering dianggap aneh dan gila karena penampilannya yang ajaib dan seringkali memercayai keberadaan makhluk-makhluk yang tidak dapat dibuktikan keberadaannya. Tapi Luna telah membuat Harry tenang karena Luna juga melihat Thestral, meskipun kemudian Harry meragukan Luna karena kepercayaan Luna terhadap makhluk aneh lainnya. Luna juga telah menentramkan Harry karena memercayai cerita Harry tentang kebangkitan Voldemort. Bicaranya blak-blakan dan sering membuat orang merasa tidak enak, tapi Luna pribadi yang jujur. Saya sangat suka dengan karakter Luna, apalagi di film adaptasinya Evana Linch sangat pas memerankan Luna. :D

Pada akhirnya Harry mengetahui jawaban dari pertanyaan pertama Harry pada Dumbledore di akhir tahun pertamanya, tentang penyebab Voldemort berusaha membunuh Harry yang saat itu masih berusia satu tahun. Sayangnya Harry harus mengetahuinya setelah dua kali melihat kematian dan salah satunya adalah kematian orang yang sangat dicintainya. Ini membuat keadaan berkali lipat menjadi lebih berat bagi Harry, menjadikannya merasa asing dan berbeda dari orang lain. Speechless deh kalau ngungkapin perasaan Harry di sini.

No comments:

Post a Comment