Judul: Harry Potter dan Orde Phoenix
Penulis: J.K. Rowling
Alih bahasa: Listiana Srisanti
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
1200 hlm.; 20 cm
Harry Potter dan Orde Phoenix ini
menjadi buku dengan tebal lebih dari seribu halaman pertama yang saya baca.
Hehehe... Maklum, meskipun sekarang jadi pecandu buku, dulu saya tidak banyak
baca novel. Saya masih ingat ketika pertama kali membaca buku ini selama tiga
hari, nyaris tanpa tidur di hari terakhir. Hahaha... Sementara kakak-kakak saya
yang membuat saya menjadi penggemar berat Harry Potter mulai berhenti membaca
Harry Potter di buku ketiga atau keempat, saya tetap dengan semangat penuh
membaca Harry Potter sampai akhir. Hanya saya dan salah satu kakak saya saja
yang bertahan membaca Harry Potter sampai akhir dari antara lima bersaudara,
dan hanya saya saja yang berminat membaca ulang. #terusbanggagitu? :D
Tahun ini saya membaca buku ini
dua kali, pertama saat bulan pertama even Hotter Potter ini dimulai, saya
membaca ebooknya. Saat itu saya hampir menangis karena kematian Sirius padahal
saat pertama saya membacanya, saya hanya merasa hampa saja loh. Sejak dulu
Sirius menjadi karakter favorit saya, bahkan sampai bulan Januari kemarin itu,
tapi setelah berurutan membaca Harry Potter, saya tidak lagi merasa Sirius
istimewa. Mungkin karena kemunculannya yang sangat minim di buku keempat, lebih
banyak surat-menyurat dan wajah Sirius di perapian. Di buku kelima ini saya
merasa Sirius adalah orang yang sembrono dan kurang dewasa sebagai ayah baptis
Harry. Walau saya tidak mengharapkan Sirius bersikap protektif seperti Mrs.
Weasley, tapi semestinya Sirius bisa lebih bijak saat menghadapi Snape yang
akan mengajarkan Occlumency pada Harry supaya Harry tahu betapa pentingnya
pelajaran Occlumency itu baginya.
Perasaan saya terhadap buku ini
sepertinya tercabik antara suka dan tidak terlalu suka. Kehadiran Luna Lovegood
yang sampai saat ini menjadi tokoh favorit saya membuat buku ini terasa lebih
segar dan menyenangkan. Tapi kehadiran
Umbridge, tokoh yang bagi saya paling menyebalkan dalam seri Harry Potter
membuat buku ini terasa menyebalkan juga. Tapi bagaimanapun juga buku Harry
Potter tetap favorit saya sih.
Karakter Harry yang tiba-tiba
jadi pemarah terasa wajar di sini. Yah, siapa yang tidak jadi pemarah kalau
melihat kematian Cedric dan kebangkitan Lord Voldemort, tapi tidak ada berita atau—paling
tidak—peringatan
untuk waspada sama sekali. Harry malah diperlakukan seperti anak nakal, tidak
boleh pergi dari Privet Drive meskipun ada dua Dementor yang menyerang dirinya
dan sepupunya, Dudley, membuat Harry nyaris dikeluarkan dari Hogwarts karena
menggunakan mantra Patronus untuk mengusir Dementor.
Sebelum Harry disidang tentang
penggunaan mantra Patronus, Harry sudah disidang oleh keluarga Dursley karena
Harry dianggap telah membuat Dudley menjadi pucat, kedinginan, ketakutan dan
merasa tidak akan bahagia lagi. Dudley yang tidak bisa melihat Dementor karena
dia seorang Muggle, tentu saja menuduh Harry sebagai pelakunya. Lucunya, Paman
Vernon selalu salah menyebut Dementor, dan sangat mengherankan Bibi Petunia
bisa mengetahui tentang Dementor dan mendapat Howler misterius yang ternyata
dari Dumbledore. Alasan mengapa bibi Petunia bisa mengetahui tentang Dementor
dan bisa mendapat Howler tidak lantas diberitahukan semua dalam buku ini,
seperti biasanya Rowling menyimpan untuk diberitahukan ke pembaca pada saat
yang tepat.
Di tahun ini Harry menjalin
asmara bersama cinta pertamanya, Cho Chang. Dan lebih menyenangkan bagi saya
pada akhirnya kisah cinta Harry dan Cho Chang berakhir. Hahaha... #ketawasetan.
Saya nggak suka Cho Chang yang sangat cengeng dan mendekati Harry karena ingin
tahu tentang kematian Cedric, menurut saya Cho Chang termasuk tipe perempuan
yang memanfaatkan rasa suka seseorang untuk mendapatkan yang dia inginkan. Wekz...
menyebalkan.
Harry melihat dirinya sebagai
ular menyerang Mr. Weasley melalui mimpinya, dan ternyata memang Mr. Weasley
diserang ular. Perasaan Harry menjadi lebih gado-gado. Harry takut bila dia
tidur dan bermimpi dia akan melukai rang lain lagi, dia berusaha menutupi
perasaan takut dirinya lebih mirip seperti Voldemort dibanding ayahnya dari
teman-temannya. Padahal perasaan takut melukai orang lain tersebut itulah
perbedaan terbesar antara Harry dan Voldemor, tapi Harry yang baru berusia lima
belas tahun tentu sulit menyadari hal serumit ini.
Guru Pertahanan terhadap Ilmu
Hitam yang baru, Profesor Dolores Umbridge, tidak mau mengajarkan mantra-mantra
yang kemungkinan besar akan keluar dalam ujian OWL (Ordinary Wizarding
Level-Level Sihir Umum), ujian yang menentukan pekerjaan setelah para penyihir
lulus sekolah. Mengatasnamakan Kementerian Sihir, Umbridge membuat banyak
dekrit yang menyulitkan para guru yang ingin membantu murid-muridnya. Berbagai dekrit
tidak masuk akal, dari pelarangan kelompok siswa termasuk Quidditch sampai pelarangan
majalah The Quibbler yang memuat wawancara eksklusif Harry tentang kebangkitan
Voldemort. Itu semua mengubah Hermione yang berkata ingin memberontak, memberi
Hermione ide untuk membentuk Laskar Dumbledore, pertemuan siswa yang ingin
mempelajari praktek Pertahanan terhadap Ilmu Hitam.
Buku ini memang agak bikin stress
sih. Terlalu banyak misteri yang disembunyikan dari Harry, yang tentu saja
membuat pembaca juga ikutan bingung mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Mengapa Harry tidak dijadikan Prefek, Hagrid yang menghilang secara misterius di
awal tahun ajaran, Dumbledore yang tidak mau menatap mata Harry, pelajaran
Occlumency yang—Harry tidak diberitahu betapa pentingnya bagi Harry—sangat
melelahkan. Belum lagi sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh kebanyakan murid
Hogwarts, Snape yang terus-menerus memberi Harry nilai nol dalam pelajaran
ramuan, detensi Umbridge yang kejam, dan PR yang menumpuk untuk mempersiapkan
ujian OWL. Kalau jadi Harry pasti saya sudah gila betulan. :D
Sebagai penyembuh rasa stress, di
buku ini Rowling memperkenalkan Luna Lovegood dan Thestral, yang keduanya saya
favoritkan. Luna Lovegood sering dianggap aneh dan gila karena penampilannya
yang ajaib dan seringkali memercayai keberadaan makhluk-makhluk yang tidak
dapat dibuktikan keberadaannya. Tapi Luna telah membuat Harry tenang karena
Luna juga melihat Thestral, meskipun kemudian Harry meragukan Luna karena
kepercayaan Luna terhadap makhluk aneh lainnya. Luna juga telah menentramkan
Harry karena memercayai cerita Harry tentang kebangkitan Voldemort. Bicaranya
blak-blakan dan sering membuat orang merasa tidak enak, tapi Luna pribadi yang
jujur. Saya sangat suka dengan karakter Luna, apalagi di film adaptasinya Evana
Linch sangat pas memerankan Luna. :D
Pada akhirnya Harry mengetahui
jawaban dari pertanyaan pertama Harry pada Dumbledore di akhir tahun pertamanya,
tentang penyebab Voldemort berusaha membunuh Harry yang saat itu masih berusia
satu tahun. Sayangnya Harry harus mengetahuinya setelah dua kali melihat
kematian dan salah satunya adalah kematian orang yang sangat dicintainya. Ini membuat
keadaan berkali lipat menjadi lebih berat bagi Harry, menjadikannya merasa
asing dan berbeda dari orang lain. Speechless deh kalau ngungkapin perasaan Harry
di sini.
No comments:
Post a Comment