Saturday, March 30, 2013

review Harry Potter dan Tawanan Azkaban

Judul: Harry Potter dan Tawanan Azkaban
Penulis: J.K. Rowling
Alih bahasa: Listiana Srisanti
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kelima: April 2001
544 hlm.; 20 cm






Ulang tahun Harry yang ketiga belas merupakan momen pertama Harry mendapat hadiah ulang tahun. Momen ini membuat saya ingin mengetahui kapan ulang tahun Ron, Hermione dan Hagrid. Apakah Harry pernah memberi mereka hadiah ulang tahun? Saya lupa apakah di buku-buku lainnya pernah disebut-sebut tentang hari ulang tahun Ron, Hermione dan Hagrid, ataukah Rowling menganggapnya tidak terlalu penting untuk diketahui pembaca. Sejauh ingatan saya sih, Rowling memang tidak pernah menyebut-nyebut tentang itu, dan saya mengakui hari ulang tahun mereka tidak terlalu penting, tapi bagaimanapun juga saya tetap penasaran. #kepo Bahkan saya tidak tahu apakah Harry pernah memberi hadiah natal untuk teman-temannya atau tidak. #tetapkepo XP

*****
Setiap membaca ulang buku Harry Potter satu per satu, saya selalu merasa kesal pada filmnya yang kemudian berlanjut kesal pada Rowling yang membiarkan saja film Harry Potter menjadi kacau. Memang seharusnya saya me-review bukunya, bukan filmnya, tapi saya kesal karena di filmnya Harry melakukan sihir—mantra Lumos—dengan sengaja di bawah selimut untuk mengerjakan PR-nya, sedangkan di buku, Harry menggunakan senter. Yah, sepele sih memang, tapi hal kecil seperti itu menjadikan cerita tentang hukum “Dekrit Pembatasan bagi Penyihir di Bawah Umur” menjadi tidak masuk logika. Hufft... #stopngomonginfilm
*****

Harry harus mengerjakan PR di bawah selimut saat tengah malam, karena Paman Vernon sedang marah besar padanya. Ron menelepon Harry, sialnya yang mengangkat adalah Paman Vernon. Dengan mengetahui bahwa Harry memberikan nomor telepon rumah keluarga Dursley pada teman-teman Harry yang juga penyihir seperti Harry saja sudah akan membuat Paman Vernon marah, tapi Ron membuat keadaan menjadi lebih parah dengan berteriak di telepon. Wah, Ron seharusnya mengambil pelajaran Telaah Muggle mulai dari sekarang.

Ohya, sepertinya penyakit kepo saya sedang kambuh dan tidak bisa ditenangkan. Saya bingung kenapa masih ada PR di pergantian tahun ajaran, apakah memang itu hal yang wajar di Inggris? Saya yang sekolahnya nggak pernah jauh-jauh dari kota kelahiran saya sih nggak pernah dapat PR di akhir tahun ajaran, toh tahun ajaran baru gurunya sudah ganti. Hehehe... Mungkin karena guru di Hogwarts tiap tahun nggak ganti kecuali guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, yah, bisa juga sih. #nanyajawabsendiri

Anak-anak yang sudah memasuki tahun ke3 diijinkan mengunjungi sebuah desa bernama Hogsmead, sebuah pemukiman para penyihir, asal mendapatkan persetujuan dari orang tua atau walinya. Kedatangan Bibi Marge, kakak dari Paman Vernon, dijadikan kesempatan untuk mendapatkan tanda tangan Paman Vernon. Tapi Bibi Marge yang sejak dulu selalu membenci Harry, menghina orang tua Harry habis-habisan sampai Harry hilang sabar dan membuat Bibi Marge menggembung ke angkasa. Kekacauan tersebut membuat Harry dengan marah keluar dari rumah keluarga Dursley.

Saat kebingungan akan ke mana dan bagaimana Harry pergi, datanglah Bus Ksatria, bus untuk para  penyihir yang tersesat. Harry memutuskan pergi ke Leaky Cauldron dan menyamar sebagai Neville Longbottom. Tapi Harry tidak tahu, jika burung hantu saja bisa tahu sedang ada di mana orang yang akan dikirimi surat, tentu saja dengan... Cornelius Fudge, Menteri Sihir atasan ayah Ron. Harry mengira dia akan dihukum dan dikeluarkan dari Hogwarts, tapi semua itu tidak terjadi. Harry lolos begitu saja. Sangat aneh dan misterius.

Itu semua karena ada penjahat yang kabur dari Azkaban bernama Sirius Black. Harry baru mengetahui Sirius Black mengincar Harry saat tanpa sengaja mendengar pertengkaran Mr. dan Mrs. Weasley. Tapi Harry lebih terpukul ketika Harry, Ron dan Hermione mendengar percakapan para guru mereka dan Cornelius Fudge, bahwa Sirius adalah teman dekat ayahnya dan telah ditunjuk sebagai wali Harry, tapi menjadi penyebab kematian orang tuanya. Kemarahan dan kebencian segera menguasai diri Harry.

Tapi Rowling tidak membiarkan Harry termakan kebenciannya, Rowling memaksa Harry bersimpati pada Hagrid yang harus menghadapi sidang pembelaan untuk Buckbeak, Hippogriff yang melukai Draco Malfoy. Di sini Rowling sepertinya ingin menyindir pemerintahan yang memang seringkali dikendalikan oleh kekuasaan dan uang. Dengan kekuasaan dan uang ayah Draco Malfoy, Lucius Malfoy, Buckbeak diputuskan bersalah dan akan dihukum mati oleh Komite Pemunahan Satwa Berbahaya.

Saya sering mendengar bahwa perempuan lebih cepat dewasa dibandingkan lelaki, mungkin Rowling menerapkannya hal ini pada Hermione, yang selain cerdas juga berpikiran jauh ke depan dibanding dua sahabatnya.

“Jadi ini sapunya?” kata Profesor McGonagall seraya berjalan mendekati perapian dan mengawasi Firebolt itu dengan tajam. “Miss Granger baru saja memberitahuku bahwa kau mendapat kiriman sapu, Potter.”
Harry dan Ron menoleh memandang Hermione. Mereka bisa melihat dahinya memerah di atas bukunya, yang terbalik. - hal. 286

Kutipan narasi di atas bikin saya senyum-senyum nggak jelas, tapi bukan ini yang membuktikan Hermione lebih berpikiran jauh ke depan, melainkan ini:

“Ngapain kau ngadu pada McGonagall?”
Hermione melempar bukunya. Wajahnya masih merah padam, tetapi dia bangkit dan menghadapi Ron dengan gagah.
“Karena menurutku—dan Profesor McGonagall sepakat denganku—sapu itu mungkin dikirim kepada Harry oleh Sirius Black! – hal. 287 - 288

Masalah ini memperburuk hubungan Ron dan Hermione yang sudah renggang karena hewan peliharaan mereka. Harry dan Ron menjauhi Hermione karenanya. Hermione yang sedih menenggelamkan diri dalam buku-buku dan tugas-tugas yang menumpuk karena banyaknya pelajaran yang dia ambil, tapi di sela-sela kesibukannya Hermione tidak melupakan Hagrid. Hermione membantu Hagrid untuk kasus Buckbeak sebanyak yang dia sanggup, berbeda dengan Harry dan Ron yang terlalu sibuk marah hingga lupa pada janjinya untuk membantu Hagrid. Tapi itu tidak berarti Harry dan Ron tidak memedulikan Hagrid, ketika akhirnya sidang Buckbeak kalah, mereka bertiga tanpa basa-basi berbaikan dan melupakan ego masing-masing demi menghibur Hagrid.

“Ah, ya, orang bisa sedikit bodoh tentang binatang peliharaannya,” kata Hagrid bijaksana. - hal. 338

#JLEB! #tersindir (=^^=)
Walau mungkin saya tidak sebodoh orang-orang yang—baru-baru ini saya lihat di TV—sampai membunuh suami atau istrinya demi melindungi hewan peliharaannya. #yaiyalahsayabelumnikah #elusdada #amitamit

Rowling juga mulai menyibak masa lalu ayah Harry lebih dalam dengan menghadirkan semua teman dekat ayahnya di sekolah. Selain Sirius Black, ada pula Profesor Remus Lupin yang menjadi guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam yang baru dan paling kompeten di antara guru-guru yang mengajar Harry di tahun-tahun sebelumnya. Dan yang terakhir adalah Peter Pettigrew, orang yang diduga telah meninggal dibunuh oleh Sirius Black.

Entah kenapa pada kesempatan ini saya merasa ingin mengetahui lebih banyak tentang masa-masa sekolah James Potter, dkk. Memang sih ada juga di buku-buku berikutnya, tapi saya merasa kurang. Saya ingin melihat kepandaian dan kenakalan mereka lebih jauh. Saya ingin tahu proses pembuatan Peta Perampok, juga proses mereka saat belajar menjadi Animagus dalam waktu 3 tahun. Mereka nakal tapi sangat pandai.

Keinginan tersebut juga saya rasakan pada Fred dan George. Meskipun nakal dan jahil, mereka berdua juga sangat pandai. Saya ingin tahu lebih banyak tentang mereka berdua, bagaimana mereka bisa mengetahui kata kunci untuk menggunakan Peta Perampok secara maksimal. Snape saja tidak bisa. :D

Kata kunci melihat Peta Perampok: “Aku bersumpah dengan sepenuh hati bahwa aku orang tak berguna.” – hal. 239

Kata kunci menghapus Peta Perampok: “Keonaran sudah terlaksana!” - hal. 241

Sebenarnya, selain saya ingin tahu proses tersebut, saya ingin mencontoh mereka yang nakal tapi tetap sangat pandai. :p #mulaikepolagi

Walaupun saya bukan penggemar pasangan Ron dan Hermione, saya ingin mengutip awal mula kisah cinta Ron dan Hermione. :D Hagrid dan Buckbeak berjasa secara tidak langsung loh.

“Mereka tak boleh melakukan ini,” kata Harry. “Tak boleh. Buckbeak tidak berbahaya.”

“Ayah Malfoy sudah membuat Komite ketakutan sehingga memutuskan begitu,” kata Hermione, menyeka matanya. “Kau tahu dia seperti apa. Anggota Komite itu orang-orang tua bodoh dan mereka ketakutan. Tapi akan ada naik banding, selalu ada. Hanya saja aku tak melihat harapan... tak akan ada yang berubah.”

“Ada,” kata Ron garang. “Kau tak harus mengerjakan semuanya sendiri sekarang, Hermione. Aku akan membantu.”

“Oh, Ron!”

Hermione merangkul  leher Ron dan menangis tersedu-sedu. Ron, yang tampak ketakutan, membelai kepala Hermione dengan amat canggung. Akhirnya Hermione melepaskan diri.

#cuwiwit #prikitiw

Dumbledore itu sosok Kepala Sekolah yang membuat saya iri pada murid-murid Hogwarts. Dia bisa memprioritaskan apa yang harus dilakukan. Apakah harus menolong nyawa yang tidak bersalah dan melanggar sejuta peraturan yang ada—di sekolah maupun di dunia sihir—atau berdiam diri saja membiarkan ketidakadilan berlangsung hanya karena terikat pada peraturan-peraturan yang kaku.

“Yang kita perlukan,” kata Dumbledore perlahan, dan matanya yang biru-terang berpindah dari Harry ke Hermione, “adalah lebih banyak waktu.”

“Tapi...,” mendadak Hermione berhenti. Dan kemudian matanya menjadi sangat bulat. “OH!”

“Sekarang dengarkan baik-baik,” kata Dumbledore,”Sirius dikurung dalam kantor Profesor Flitchwick di lantai tujuh. Jendela ketiga belas dari sebelah kanan Menara Barat. Jika semua berjalan lancar, kalian akan bisa menyelamatkan lebih dari satu nyawa tak bersalah malam ini. Tetapi kalian berdua ingat ini. Kalian tidak boleh terlihat. Miss Granger, kau tahu peraturannya—kau tahu apa taruhannya... jangan... sampai... kalian... kelihatan.

Pastinya Dumbledore sudah tahu Buckbeak selamat secara misterius saat mengatakan hal ini. Membuat saya semakin kagum dengan kecepatan otaknya berpikir secatra tepat bahwa yang harus menyelamatkan Buckbeak adalah Hermione dan Harry dari masa depan.

Saat pertama kali membaca buku ini saya masih SMP  kelas 3 dan tengah menghadapi EBTA-EBTANAS (sekarang lebih dikenal sebagai UAN-UANAS). Sejak hari pertama EBTANAS saya malah mulai membaca buku ini, padahal seharusnya saya belajar untuk EBTANAS yang sedang berlangsung, sampai akhirnya kakak lelaki saya marah, kemudian menyita dan menyembunyikan buku ini. Tapi saya justru menjadi tidak tenang karena dihantui rasa ingin mengetahui akhir dari buku ini. Saya jadi tidak bisa berkonsentrasi belajar. Dua hari kemudian, secara tidak sengaja saya menemukan tempat persembunyian buku ini dan saya mulai melanjutkan membacanya secara diam-diam. Lucu juga mengingat-ingat betapa malas belajarnya saya dulu, untung lulus, kalau tidak saya bisa digantung sama orang tua saya. XD

Di buku ini Rowling suka sekali mempermainkan perasaan saya Harry, naik-turun sepanjang petualangannya. Membenci Bibi Marge, kebingungan di tengah jalan, putus asa bertemu dengan Cornelius Fudge sampai merasa senang berada di Leaky Cauldron. Sesampainya di Hogwarts, Harry kembali pada rasa benci pada Sirius, bersimpati pada Hagrid, marah pada Hermione, merasa bersalah pada Hagrid, senang karena menang Piala Quidditch dan kembali lagi pada benci ketika bertemu Sirius. Pembaca terus diarahkan pada perasaan naik-turun ini sampai akhirnya Harry merasa senang sebentar ketika Sirius mengajaknya tinggal bersama. Kesenangan itu segera rusak karena kegentingan dan puncak konflik dalam buku ini. Cara ini mungkin yang mengikat saya, sebagai pembaca, untuk tidak bisa melepaskan buku ini sebelum sampai halaman terakhir. #analisissotoy

Jujur, saya bukannya ingin cepat-cepat membaca buku ke4, tapi saya ingin cepat-cepat sampai ke buku ke7, karena cerita yang paling tidak saya ingat adalah fakta-fakta penting yang muncul di buku ke7. Itu karena saya sudah keburu sebal dengan ending yang diberikan Rowling, juga cara berperang Harry di buku ke7.  Favorit saya bukan buku ke7, tapi saya ingin cepat-cepat membacanya.

Tapi bagaimanapun juga, sampai jumpa di review buku ke4. :D

1 comment:

  1. "Lumos. Aku bersumpah dengan sepenuh hati bahwa aku orang tak berguna.” – hal. 239 Harry Potter dan tawanan Azkaban (y)

    ReplyDelete